Oleh : Ustdz Yazid Bustomi
Pasuruan, 13 Maret 2025 – Pembahasan mengenai iman menjadi penting dalam Islam. Karena iman berbicara persoalan pembenaran (tashdiq). Pembenaran datang setelah meyakini apa yang ada di hadapannya.
Iman adalah hal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang Islam, pondasi keimanan memperkokoh keislaman. Bisa dikata, jika seorang muslim memiliki keimanan yang tipis atau Islam hanya sebagai identitas belaka tanpa adanya keimanan, maka ketetapan hati, keteguhan batin, dan keseimbangan batin akan sulit dimilikinya.
Tanpa keimanan, keislaman seseorang justru dipertanyakan. Tidak mungkin seseorang mengatakan dirinya berislam di saat yang sama mengingkari adanya Allah, tidak percaya Muhammad, malaikat, kitab suci, hari Akhir, dan takdir.
Iman kepada Allah merupakan rukun iman pertama. Kepercayaan atas keberadaan Allah, sebagai zat yang melebihi segala makhluk-Nya, mengangkat derajat seseorang yang membuat hatinya lapang karena batin orang yang beriman adalah samudera tak bertepi dan cakrawala tak berbatas.
Dalam kitab Qotrul Ghoist karangan Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani mengatakan:
واعلم أن الإيمان بالله على ثلاثه أقسام إيمان تقليدي وإيمان تحقيقي وإيمان استدلالي
Ketahuilah sesungguhnya iman kepada Allah Swt itu dibagi menjadi 3 bagian: iman taqlid, iman tahqiq, iman istidlal.
Yang pertama adalah iman secara taqlid yaitu mempercayai Allah Swt dengan taqlid kepada para Ulama’, atau ikut kepada para Ulama’ tanpa mengetahui dalilnya. Iman secara taqlid atau taqlidan kepada Ulama’ ini ada resikonya juga.

وهذا لا يأمن من التزلزل بتشكيك مشكك
“Iman seperti ini tidak akan aman dari goncangan hati apabila ada orang yang mempengaruhi keimanan hatinya.”
Yang kedua adalah iman secara tahqiq/hakiki, yaitu mengikat hatinya terhadap sifat ke Esaan Allah Swt. Sekiranya terdapat perselisihan ahli ilmu untuk menggoyahkan ikatan yang kuat dalam hatinya, maka ia tidak akan terpengaruh.
لما وجد في قلبه زلة
“Tidak ditemukan keraguan dalam hatinya (orang iman tahqiq)”
Yang ketiga adalah iman secara istidlal, yaitu orang yang mencari kebenaran dengan dalil yang mereka cari sendiri hingga menciptakan dalil atas segala ciptaan Allah Swt sebagai bukti adanya dzat yang maha mencipta. Orang istidlal berpendapat bahwa setiap sesuatu yang dibuat pasti ada pembuatnya, dan sesuatu bekas pasti ada yang membekasi.
فالأثر يدل على المؤثر والبناء يدل على الباني والمصنوع يدل على الصانع والبعرة تدل على البعير مثلا اذا الأثر بلا مؤثر محال
“Bekas menunjukkan adanya pembekas, bangunan menunjukkan ada yang membangun, produk menunjukkan adanya produsen/pabrik, kotoran unta menunjukkan adanya unta, itu perumpamaan. Ringkasnya bahwa adanya bekas tanpa pemberi bekas adalah mustahil.”
Mari kita selalu meningkatkan kualitas keimanan kita, dengan selalu taat kepada Allah Swt, melaksanakan perintah berupa sholat dan meninggalkan kemaksiatan yang Allah Swt larang kepada kita.
Referensi: Qotrul Ghoist h. 3-4 cetakan maktabah kamal kediri
Penulis: Fathul Rozak
Editor: Mu’tamid Ihsanillah Lc., M.A.