Oleh : K.H. Abdul Mujib Imron S.H. M.H.
Pasuruan, 15 Maret 2025 – Perjalanan hidup manusia tidak mungkin hanya stagnan pada masa kini, namun pasti adanya masa depan. Investasi adalah upaya penanaman masa kini untuk kebaikan dimasa yang akan datang (konsep tabur tuai), ada banyak model investasi mulai dari bisnis, peternakan, pemerintahan dll. Ada investasi penting yaitu investasi kebaikan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memperbanyak berbuat baik dan berdo’a. Kitab ta’limul muta’alim telah menggambarkan bagaimana investasi kebaikan orang tua untuk masa depan anaknya, bunyinya seperti ini :
وكان أستاذنا الشيخ الإمام سديد الدين الشيرازى يقول: قال مشايخنا: من أراد أن يكون ابنه عالما فينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء، ويكرمهم ويعظمهم ويعطيهم شيئا، فإن لم يكن ابنه عالما يكون حافده عالما.
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairozi berkata: Guru-guru kami berucap: Barangsiapa yang menginginkan anaknya alim, maka seharusnya menjaga dengan memuliakan, mengagungkan, serta memberi sesuatu pada seorang guru ahli fiqh, ketika anaknya tidak mendapatkan kealiman, maka keturunannya yang akan mendapatkan.
Investasi kebaikan seperti yang dijelaskan pasti terwujud, jika bukan terealisasi pada anaknya, mungkin kepada keturunannya. Kyai Mujib berkata : Hikmah yang bisa diambil bahwa tidak semua anak kyai menjadi kyai, bisa saja cucunya yang menjadi kyai, anak orang biasa juga bisa menjadi kyai, jika orang tuanya bisa menghormati guru. Kutipan itu sejalan dengan dalil di kitab ta’limul muta’alim, lantas bagaimana cara menghormatinya? Kitab tersebut berkelanjutan dengan caranya juga, seperti ini redaksinya :

ومن توقير المعلم أن لا يمشي أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ الكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج
Menghormati guru yaitu tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, tidak mendahului pembicaraan guru kecuali diberi izin, tidak banyak bicara saat bersamanya, tidak boleh bertanya tentang sesuatu pada saat guru sudah mulai bosan (lebih baik tanya pada teman yang pintar), menjaga waktunya (istirahat guru), jangan mengetuk pintu seorang guru, namun sabar menunggu lah sampai guru keluar.
Kemudian dalam kitab ta’limul muta’alim disimpulkan dengan dalil ini :
فالحاصل: أنّه يطلب رضاه، ويجتنب سخطه، ويمتثل أمره في غير معصية لله تعالى، ولا طاعة للمخلوق في معصية الخالق
Kesimpulannya: Sesungguhnya santri selalu berharap pada ridho guru, menjauhi amarahnya, melaksanakan perintahnya kecuali dalam maksiat pada Allah, tidak mentaati makhluk (manusia) untuk maksiat pada sang pencipta.
Sejatinya ketika kita berada disanding guru, maka hal itulah yang kita harapkan yaitu ridho guru. Jangan sekali-kali membuat guru kita marah atau kamu akan menyesal selama lamanya. Wallahu a’lam.
Referensi :
Kitab Ta’limul Muta’alim
Penulis: Akhmad Aji Fakhruri
Editor: Mu’tamid Ihsanillah Lc., M.A.