Kajian Tafsir : Kisah Utusan Nabi Isa, Habib An-Najjar dan Kaum Anthoqiyah

Oleh : Gus Ahmad Arif Wafani, Lc.

Pasuruan, 21 Maret 2025 – Surah yasin merupakan surah diturunkan sebagai penentang ucapan orang kafir makkah yan mengatakan bahwa nabi muhammad bukanlah nabi atau utusan karena mereka tidak pernah melihat nabi muhammad belajar dan berguru. Lalu Allah menurunkan surah yasin yang menjelaskan bahwasannya nabi muhammad adalah utusan Allah sebagaimana ayat ke dua dari surah tersebut. 

Surah Yasin memiliki banyak sekali kesitimewaan. Bahkan diriwayatkan Allah membaca surah Yasin dan Toha sebelum menciptakan langit dan bumi, lantas malaikat berkata ; beruntung sekali bagi ummat Nabi Muhammad yang akan diberi kedua surah tersebut. Dan bagaimana tidak, bahkan Nabi Muhammad juga menjelaskan bahwasannya surah Yasin adalah hati daripada Al-Quran. 

Namun, dibalik keistimewaan surah Yasin yang begitu besar ada kisah yang perlu kita ketahui guna menambah kekuatan iman di hati kita. Kisah ini bermula pada ayat 13 dalam Surah Yasin dimana penduduk desa Anthoqiyah yang didatangi para utusan Nabi Isa untuk berdakwa di desa tersebut. Gus Wafa menjelaskan bahwasannya desa ini berada di daerah turki sekarang. Beliau juga menjelaskan bahwasanya ulama’ ahli tafsir masih ikhtilaf apakah utusan tersebut memang utusan dari Nabi Isa ataukah utusannya Allah. Namun pendapat yang lebih unggul adalah utusannya Nabi Isa. 

Awal mulanya utusan Nabi Isa tersebut berjumlah 2 yang berda’wah di desa Anthoqiyah. Namun masyarakatnya tidak ada yang percaya atas keduanya. Lalu di tambahlah 1 utusan lagi sebagai penguat berjalannya dakwah. Menurut penjelasan beliau, 2 utusan awal bernama Paulus dan Hames dan yang terakhir bernama Syam’un, dia adalah pemimpin kaum Hawarin. Mereka membawa bukti atas kebenaran mereka sebagai utusan nabi isa dengan membuktikan bahwasannya mereka bisa menyembuhkan orang buta, menyembuhkan berbagai penyakit dan menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah Swt. Karena nabi Isa As. sendiri memiliki keistimewaan untuk melakukan hal-hal tersebut.

Namun apalah daya, penduduk desa Anthoqiyah masih tidak percaya dengan ke 3 utusan tersebut. Malah mereka menganggap kedatangan utusan tersebut membawa mala petaka bagi penduduk desa dengan tidak turunnya hujan dan banyaknya penyakit-penyakit baru bermunculan. Mereka berkata kepada utusan tersebut ” Apabila kalian tidak mau usai dalam berdakwah, maka akan kami rajam kalian semua dan akan mendapatkan siksaan yang sangat amat pedih. ” Lalu utusan Nabi Isa menjawab ” Petaka yang kalian terima ini bukan karna kedatangan kami, namun sebab kekufuran kalian sendiri. Apakah kami tidak pernah berkata kepada kalian bahwasannya kalian ini adalah orang-orang yang terlalu berlebihan”. Sampai akhirnya berita ini tersebar ke pelosok-pelosok desa. 

Kemudian datanglah sorang laki-laki dari pelosok desa yang bernama Habib An-Najjar. Dia adalah seorang tukang cuci baju atau tukang jahit (disebagian riwayat) dimana ketika sore hari upahnya dibagi mejadi dua. Yang setengah untuk dimakan bersama keluarganya, dan yang setengahnya lagi untuk di sedekahkan kepada orang-orang fakir. Dia datang dengan tergesah – gesa menuju Anthoqiyah untuk membela para utusan. Sesampainya di Anthoqiyah dia berkata kepada masyarakat ” Wahai kaum Anthoqiyah, ikutilah para utusan. Mereka tidak meminta upah dari kalian dan meraka adalah utusan yang mendapatkan petunjuk”. Lalu kaum Anthoqiyah bertanya kepada Habib An-Najjar “Apakah agamamu sama dengan agamanya para utusan itu wahai habib ?” Kemudian habib menjawabnya “sebab apa aku tidak menyembah tuhan yang telah menciptakanku dan kepadanyalah aku akan kembali. Dan kalian semua juga sama diciptakan oleh allah dan akan kembali kepadanya”. Dan habib masih meneruskan perkataannya yang terdapat pada ayat ke 23 “Aku tidak menjadikan tuhan selain Allah. Apabila aku bertuhan kepada selain allah, maka tidak ada yang akan bisa menyelamatkanku dari cobaannya Allah yang lagi maha penyayang. Karena tidak ada yang bisa memberi pertolongan kecuali Allah Swt.” Gus wafa menjelaskan tentang ayat ke 23 ini bahwasannya pada redaksi اِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ adanya pertentangan antara sifatnya Allah الرحمٰن dan kehendak melakukan kebahayaan. Namun yang dimaksud adalah segala apapun cobaan yang berada di dunia ini merupakan kasih sayang dari Allah Swt. 

Melanjutkan perbincangan antara Habib An-Najjar dan kaum Anthoqiyah. Kaum Anthoqiyah berkata ” Wahai habib, para utusan itu telah menjauhkanmu dari agama leluhurmu. Kembalilah pada agama asalmu, atau jika tidak kami akan membunuhmu dengan kejam”. Kemudian habib menjawab “jika aku kembali ke agamaku yang dulu, maka aku dalam kesesatan yang nyata. Karna agama kalian (orang-orang Anthoqiyah) adalah agama yang tersesat”. Kemudian habib menghadap kepada para utusan dan berkata “aku beriman kepada tuhan kalian (Allah)”. Kemudian masyarakat Anthoqiyah menarik secara paksa Habib An-Najjar dan mereka membunuhnya dengan cara dirajam. 

Ketika Habib An-Najjar sudah wafat diucapkan kepadanya ” Masuklah kedalam surga. “ Kemudian habib An-Najjar berkata ” Andai saja kaum-kaum ku mengerti sebab apa tuhan ku mengampuni dosa-dosa ku dan menjadikan ku sebagai orang yang mulia. ” Hal tersebut merupakan keinginan dari habib agar para kaumnya senang terhadap agama Islam dan memeluknya. Namun ketiak habib dibunuh oleh kaumnya, Allah murka. Kemudian Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk menjerit di kota Anthoqiyah sehingga penduduknya mati semua. 

Sungguh sangat rugi sekali bagi kaum-kaum tersebut. Telah datang kepada mereka utusan yang membawa petunjuk namun mereka tidak mempercayainya bahkan mereka meremehkannya. Sehingga mereka mendapatkan siksa yang pedih dari Allah Swt. Dan Allah tidak perlu menurunkan bala pasukan malaikat untuk menghancurkan mereka, namun hanya dengan teriakan malaikat Jibril saja mereka sudah mati semua. 

Demikian kisah dari ketiga utusan Nabi Isa dan habib An-Najjar ini. Semoga menjadi sebab bertambahnya iman dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Dan pengingat bagi kita akan siksaannya yang begitu pedih.

Referensi :

Tafsir Jalalain

Tafsir Surah Yasin Li Syaikh Hamami

Penulis: Nurul Arifin

Editor: M. Mu’tamid Ihsanillah M.A.

case studies

See More Case Studies

Tertarik Untuk Bergabung Menjadi Penulis ?

Daftarkan diri Anda untuk menjadi kontributor penulisan dan berita di situs resmi alyasini.net!

Bergabunglah bersama kami untuk menyampaikan informasi, inspirasi, dan berita terkini seputar Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. Jadilah bagian dari tim yang turut berkontribusi dalam menyebarkan kabar baik dan edukasi melalui tulisan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs resmi kami di alyasini.net. Mari berkarya bersama!

Masukkan Saran dan Kritikan