Oleh : K.H. Abdul Mujib Imron S.H. M.H.
PASURUAN, 10 Maret 2025 –Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah satu-satunya Zat yang memiliki kekuasaan dan kehendak mutlak atas segala sesuatu di alam semesta. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat bertindak atau berkehendak tanpa izin dan ketetapan-Nya. Allah boleh menghendaki jika seluruh manusia menjadi kafir atau sebaliknya. Namun andai kata Allah menjadikan seluruh manusia di alam semesta ini kafir Allah akan memberikan seluruh kenikmatan dunia kepada mereka, karena dunia bagi orang kafir adalah surga bagi mereka. Seperti yang dijelaskan dalam Qur’an Surah Az-Zukhruf 33-34:
وَلَوْلَا أَنْ يَكُونَ ٱلنَّاسُ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ لَّجَعَلْنَا لِمَن يَكْفُرُ بِٱلرَّحْمَٰنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًۭا مِّن فِضَّةٍۢ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ
“Dan sekiranya bukan karena manusia akan menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pasti Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atap-atap dari perak bagi rumah-rumah mereka, dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka naiki.”
وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَٰبًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِـُٔونَ
“Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya.”
Dalam Tafsir Jalalain menjelaskan seandainya tidak ada kekhawatiran bahwa semua manusia akan tergoda menjadi satu dalam kekafiran karena melihat orang-orang kafir mendapatkan kekayaan dan kemewahan, maka Allah akan memberikan mereka rumah-rumah dengan atap dari perak dan tangga-tangga dari perak yang mereka gunakan untuk naik ke tempat-tempat tinggi dalam rumah mereka. Ini menunjukkan bahwa kekayaan duniawi bukan tanda kemuliaan di sisi Allah.
Dalam konteks ini Kyai Mujib menjelaskan bahwa seandainya Allah tidak takut bahwa orang mukmin tidak mudah menjadi kafir, niscaya Allah akan melakukan hal itu yakni memberikan segala kenikmatan dunia kepada mereka. Namun, kegemerlapan dunia itu menjadi cobaan besar bagi mereka. Seperti yang dijelaskan di dalam hadits:
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.”(HR. Muslim no. 2392)
Penjelasan ini menekankan bahwa kekayaan dan kemewahan duniawi tidak seharusnya menjadi tujuan utama hidup, karena dapat menjauhkan seseorang dari keimanan dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk sibuk pada kehidupan akhirat dan tidak terperdaya oleh gemerlapnya dunia.
Namun disisi lain Dunia juga penting, karena bagi orang Sholeh dunia merupakan jembatan atau jalan menuju surga. Jadi kita tidak boleh membenci dunia, karena kita juga hidup di dunia. Mulanya dalam memotret Dunia itu harus dengan ilmu, agar kita dapat bersyukur kepada Allah SWT. Semua yang berkaitan dengan Dunia kita gunakan untuk ibadah dalam artian sebagai ladang pahala akhirat. Seperti kisah nasihat untuk Qorun di dalam Al-Qur’an:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, serta berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Pada surah ini Kyai Mujib menekankan pada potongan ayat
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا
Yang artinya carilah kalian apa yang Allah beri kenikmatan guna untuk jalan menuju akhirat dan jangan lupa kamu memiliki bagian dari Dunia. Jika kita tidak memiliki bagian dari Dunia, lantas bagaimana kita akan mendapatkan pahala sebagai bekal menuju akhirat yakni surga. Pentingnya Dunia juga dijelaskan di dalam Hadits:
الدنيا مزرعة الآخرة
“Dunia adalah ladang akhirat”
Dalam hadits ini tidak ditemukan dalam kitab hadis yang sahih sebagai ucapan langsung dari Nabi Muhammad. Namun, maknanya selaras dengan banyak ayat Al-Qur’an dan hadis lainnya yang menekankan bahwa kehidupan dunia adalah tempat untuk beramal sebagai bekal menuju kehidupan akhirat.

Dari semua penjelasan di atas kita dapat menarik benang merah bahwasanya Dunia terlalu remeh untuk dijadikan tujuan utama, namun Dunia juga penting bagi kita karena Dunia merupakan jembatan bagi kita untuk menuju kehidupan akhirat yakni surga.
Referensi:
Tafsir Jalalain Juz 2/163
Hasyiyah Showi Ala Tafsir Jalalain Juz 3/447- 448
Tafsir Ibnu Katsir Juz 20/394
Penulis: Ida Hidayati
Editor: Agus Burhanul Amal Cholis