Ketika Limbah Jadi Pahlawan Dapur: Teknologi Santri yang Bikin Kagum

Energi itu bukan soal teknologi mahal. Terkadang, ia lahir dari tempat yang tidak kita sangka bahkan dari belakang kamar mandi. Tak banyak yang menyangka bahwa sesuatu yang dianggap menjijikkan seperti kotoran manusia, ternyata bisa menjadi solusi energi alternatif yang ramah lingkungan. Beberapa pesantren di Indonesia telah membuktikan bahwa limbah manusia dapat diolah menjadi biogas, sumber energi bersih yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Biogas?

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik seperti kotoran manusia dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak atau penerangan. Teknologi ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menyediakan sumber energi terbarukan yang hemat biaya.

Biogas dari WC Santri: Langkah Hijau Pondok Pesantren Al-Yasini

Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini di Pasuruan, Jawa Timur, menjadi salah satu pelopor dalam pemanfaatan biogas dari limbah WC santri. Dengan jumlah santri mencapai sekitar 3.000 orang, pesantren ini menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah. Melalui kerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Al-Yasini membangun instalasi biogas skala komunal yang mengolah limbah manusia menjadi sumber energi. Instalasi ini terdiri dari 50 unit WC, satu unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan satu digester biogas berukuran 2 x 12 m³ tipe fixed dome beton. Hasilnya, biogas yang dihasilkan setara dengan 12 tabung LPG 3 kg per bulan, cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak di dapur pesantren.

Gagasan penggunaan biogas di Al-Yasini muncul dari kebutuhan jumlah santri banyak dan limbah makin banyak. Daripada jadi masalah, kenapa tidak dijadikan solusi? Dari situlah mulai terlihat manfaatnya. Dapur jadi punya sumber gas sendiri. Lingkungan lebih bersih. Dan santri pun turut merasakan manfaatnya.

Penggunaan biogas di lingkungan pesantren patut disorot karena mampu menggabungkan unsur penghematan, pembelajaran, dan kepedulian terhadap lingkungan. Selain bisa menghemat biaya dapur dengan mengurangi penggunaan elpiji, teknologi ini juga aman karena instalasinya tertutup dan bebas bau meski bersumber dari WC santri. Santri pun belajar langsung dari kehidupan sehari-hari bahwa menjaga alam adalah bagian dari ajaran Islam. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, pesantren tidak hanya mendidik santri dalam ilmu agama, tetapi juga dalam menjaga dan memanfaatkan lingkungan secara bijak.

“Kotoran hanyalah limbah kalau dibiarkan. Tapi bisa jadi berkah kalau dimanfaatkan.”

Kontributor: Djihan Maghfiroh

Editor: Salwa Maziyatun Najah, M.Ed.

case studies

See More Case Studies

Tertarik Untuk Bergabung Menjadi Penulis ?

Daftarkan diri Anda untuk menjadi kontributor penulisan dan berita di situs resmi alyasini.net!

Bergabunglah bersama kami untuk menyampaikan informasi, inspirasi, dan berita terkini seputar Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. Jadilah bagian dari tim yang turut berkontribusi dalam menyebarkan kabar baik dan edukasi melalui tulisan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs resmi kami di alyasini.net. Mari berkarya bersama!

Masukkan Saran dan Kritikan