PASURUAN, 21 April 2025 –Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan kepada Raden Ajeng Kartini, tokoh emansipasi perempuan yang memperjuangkan hak-hak wanita dalam pendidikan dan kehidupan sosial. Namun, bagaimana sebenarnya perjuangan Kartini jika kita lihat dari perspektif Al-Qur’an? Apakah nilai-nilai yang ia bawa sejalan dengan pesan-pesan Al-Qur’an?
Perjuangan Kartini: Emansipasi yang Bersandar pada Ilmu dan Akhlak
Kartini dikenal sebagai sosok wanita cerdas, religius, dan berpikiran maju. Ia menentang ketidakadilan gender yang menghambat akses perempuan terhadap pendidikan. Dalam surat-suratnya yang terkenal, Kartini mengungkapkan keresahan terhadap nasib kaum wanita dan pentingnya pendidikan sebagai jalan perubahan.
Namun, yang sering terlupakan adalah bahwa Kartini juga sangat menghargai nilai-nilai keagamaan. Dalam surat-suratnya, ia menunjukkan ketertarikan mendalam pada Islam dan bahkan menyebut keinginannya untuk memahami isi Al-Qur’an dalam bahasa yang ia mengerti. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan Kartini tidak lepas dari semangat mencari kebenaran yang sesuai dengan nilai-nilai ilahiah.
Perspektif Al-Qur’an tentang Perempuan dan Ilmu
Al-Qur’an tidak pernah membedakan kemuliaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kedudukan di hadapan Allah. Yang membedakan hanyalah ketaqwaan.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Dalam konteks ilmu, Allah memuliakan orang yang berilmu, tanpa membedakan gender:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini memperkuat pandangan bahwa perjuangan Kartini dalam bidang pendidikan selaras dengan ajaran Islam. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimah, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. رواه ابن ماجه
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah, no.224)
Kesetaraan dan Keadilan dalam Islam
Al-Qur’an juga menjunjung tinggi prinsip keadilan dan penghormatan terhadap perempuan. Dalam banyak ayat, perempuan disebut sebagai bagian integral dari masyarakat yang memiliki hak dan tanggung jawab yang setara. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa setiap amal baik, laki-laki maupun perempuan, akan dibalas setimpal:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97)
Prinsip-prinsip inilah yang tampaknya menjadi dasar dalam perjuangan Kartini, meskipun ia hidup dalam masyarakat yang masih kuat dengan nilai patriarkal.
Kartini, Cermin Muslimah yang Berani dan Cerdas
Kartini bukan hanya pahlawan nasional, tapi juga bisa dilihat sebagai figur Muslimah yang berjuang dalam koridor nilai-nilai Islam: cinta ilmu, memperjuangkan hak tanpa melawan syariat, dan menjunjung tinggi akhlak.
Dalam perspektif Al-Qur’an, apa yang diperjuangkan oleh Kartini bukanlah bentuk perlawanan terhadap kodrat, melainkan bentuk implementasi dari amar ma’ruf nahi munkar, dalam versi sosial. Ia mengajak kaumnya bangkit dari kebodohan, tanpa meninggalkan kehormatan sebagai perempuan.
Semoga semangat Kartini bisa terus hidup dalam jiwa generasi Muslimah masa kini dan menjadikan ilmu, iman, dan akhlak sebagai pilar utama untuk membangun peradaban yang berkeadilan dan beradab.
Penulis: Ida Hidayati, S.Pd
Editor: Salwa Maziyatun Najah, M.Ed.