Oleh: K.H. Abdul Mujib Imron S.H. M.H.
Pasuruan, 21 Maret 2025 – Santri, sebagai generasi penerus bangsa dan agama memiliki beban yang berat. Memahami tradisi keislaman lewat keilmuan dan kajian kitab untuk membentuk haliyah dan khazanah keilmuan yang mumpuni sebagai bekal dirinya dan orang-orang disekitarnya. Di lain sisi karena semakin pesatnya arus teknologi dan globalisasi yang ada, santri juga dituntut untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan yang ada dan menjadi individu yang terampil di berbagai bidang.
Dalam menjawab tantangan zaman bukanlah hal yang mustahil seorang santri dapat menjadi kader multi profesi yang siap untuk berkiprah dan mengemban amanah di berbagai bidang. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat turut serta dalam membangun negara dan umat, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip keislaman.
Kiyai Mujib dalam pengajian bersama kelas tingkat akhir 12 SLTA menjelaskan bagaimana urgensi santri untuk terus up to date dalam perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seperti yang tercermin dalam surah Ar-Rahman ayat 33, yang berbunyi:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya : “Wahai golongan jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kalian tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”

Dalam Surat ini, Kyai Mujib menggambarkan adanya isyarat dari Allah Swt. untuk terus memotivasi diri, semangat menuntut ilmu dan belajar mengembangkan teknologi. Allah Swt. mengingatkan bahwa manusia tidak akan bisa melintasi langit dan bumi kecuali dengan kekuatan, buah dari ilmu dan juga teknologi. Dari sini Kyai Mujib memandang urgensitas kebutuhan peran santri, karena menurunnya moral pemimpin – pemimpin bangsa saat ini. Kiprah santri mendalami ilmu agama dituntut untuk mau terjun ke dalam semua lini kehidupan di masyarakat. Membantu dalam pengembangan peradaban masyarakat islam dan menjaga ukhuwah islamiyah.
Salah satu contoh konkret yang bisa diambil ibrohnya dalam ayat ini yaitu, mengajarkan kita untuk senantiasa berinovasi dan menggali potensi yang ada. Seperti halnya menambah pengetahuan untuk dapat menjelajahi ruang angkasa sebagai seorang astronot, santri pun harus siap untuk terlibat dalam bidang tersebut. Selain itu juga untuk mengenal perkembangan sains dan teknologi yang pesat, selaras dengan perintah Allah Swt. untuk mengelola dan memanfaatkan bumi dan segala isinya.
Kemudian, Kyai Mujib juga menekankan pentingnya peran santri dalam kehidupan bermasyarakat. Menurutnya, santri harus mampu berperan aktif dalam berbagai aspek kehidupan sosial, tetapi tetap menjaga dan memperlihatkan karakter khas seorang santri. Karakter ini tidak hanya tercermin dalam perilaku, tetapi juga dalam profesi yang dijalani. Misalnya, seorang dokter santri yang hafal Al-Qur’an, dapat menjadi contoh ideal. Mereka tidak hanya mengabdikan diri dalam dunia medis, akan tetapi juga memperlihatkan keimanan dan akhlak yang baik melalui pekerjaan mereka. Contoh lainnya yaitu seorang pegawai yang mampu mengaji dan membaca kitab klasik, dia tidak hanya menjalankan tugas pekerjaan saja sebagai pegawai pemerintah namun juga menjadikan ajaran agama sebagai pedoman dalam bertindak, baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, menjadi seorang santri tidak hanya terbatas pada satu bidang ilmu atau pekerjaan, tetapi harus mampu menjangkau berbagai sektor kehidupan. Keahlian yang dimiliki harus berlandaskan pada nilai-nilai agama yang kuat dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Santri harus berani menghadapi tantangan zaman dengan tetap mempertahankan prinsip dan karakter yang telah ditanamkan sejak dini.
Penulis:
- M. Lutfillah
- Nanda Khafita Sari
Editor: M. Mu’tamid Ihsanillah M.A.